Sikap Hamba Tuhan 1 Timotius 3

Image by WikiImages from Pixabay

 

Pendahuluan

Bukan hanya jemaat saja yang perlu di perhatikan mengenai sikap hidupnya, alkitab juga menyatakan bahwa seorang hamba Tuhan harus memperhatikan sikapnya, dan ia harus bersikap layaknya seorang hamba Tuhan, jangan dia hanya mengurus jemaat-jemaat Allah untuk bertobat tetapi dirinya sendiri tidak mengalami pertobatan.

 

Menjadi pelayan Tuhan bukan hanya berbicara mengenai pengabdian diri secara penuh, tetapi sikap hidup harus di ubah seutuhnya, karena hamba-hamba Tuhan ini nantinya mereka akan melayani jemaat-jemaat Allah, tentulah jemaat-jemaat akan memperhatikan sikap hidup hamba Tuhan, bayangkan jika seorang hamba Tuhan melakukan dosa dan jemaat melihatnya?

 

Jemaat selalu di ajarkan untuk bertobat, di depan mimbar dengan ucapan yang tegas keluar dari perkataannya “jemaat harus bertobat!” lalu karena mereka hanya memperhatikan tingkah laku jemaat dan mengabaikan keberdosaan mereka lalu mereka tinggal di dalam dosa tersebut dan jemaat mulai melihat, maka jemaat yang melihat itu akan merasa dirinya dipermainkan, jemaat akan berpikir bahwa mereka sendiri demikian, lalu kenapa saya tidak bisa demikian. Jemaat pun akan berpikir bahwa mereka adalah hamba yang munafik karena apa yang di ajarkan di mimbar sangat jauh berbeda dengan kelakuan aslinya.

 

 

Pembahasan

Oleh karena itu penting sekali bagi seorang hamba Tuhan untuk memperhatikan sikap hidupnya, supaya ia tidak di temukan cela oleh Iblis maupun jemaat-jemaat Allah, dengan tidak adanya cela seperti itu maka hamba Tuhan tersebut pun bisa mengajari jemaat untuk hidup di dalam kekudusan.

 

Gereja saat ini terlalu fokus kepada cara hidup jemaat, yang menjadi fokus utama adalah jemaat, tentu itu baik. Tetapi jika terlalu fokus kepada jemaat dan lupa akan dirinya yang berdosa, maka ia tidak akan pernah bertobat dan justru ia akan tinggal tenggelam ke dalam keberdosaannya itu, oleh karena itu firman Tuhan juga sangat memperhatikan sikap hidup seorang hamba Tuhan, supaya ia juga tidak boleh asal dalam menjalani hidup ini.

 

1 Timotius 3

Pasal ini berbicara mengenai sikap hidup yang harusnya dimiliki oleh hamba Tuhan, jabatannya bisa apa saja, baik diaken maupun penilik karena semua ketentuan-ketentuan yang ditetapkan itu sama. Oleh karena itu, hamba Tuhan yang melayani dalam bidang apa saja; guru, penginjil, gembala, pendeta dll. harus memiliki sikap hidup seperti yang tertuang pada pasal tersebut.

 

Dalam menjadi hamba Tuhan maka orang tersebut haruslah orang yang tak bercacat (ayat 2). Meskipun kita adalah manusia yang penuh dosa namun, bagi seorang hamba Tuhan tidak ada ceritanya kalau ia juga manusia berdosa, menjadi hamba Tuhan berarti ia harus taat terhadap segenap firman-Nya, tidak boleh ada kecacatan di dalamnya, karena ini adalah ketetapan yang telah tertulis di dalam kitab suci.

 

Dalam pengalaman saya sebagai seorang kristen, saya selalu melihat banyak hamba Tuhan yang hidup di dalam dosa, meskipun ia tau bahwa setiap orang harus bertobat, tetapi mereka sendiri tidak pernah bertobat. Di depan mimbar mereka dengan tegas mengajak jemaat untuk “bertobatlah!” namun terhadap dirinya, ceritanya sudah berbeda.

 

Hamba Tuhan siapa pun itu yang pernah saya temui, yang pernah saya dengar di khotbahnya, mereka selalu beralasan bahwa mereka adalah manusia biasa; “kami hanya manusia, kami tidak sempurna” dengan nada memelas mereka mengatakan demikian, tidak ada ungkapan “bertobatlah!” yang ada ialah pembelaan diri dengan mengatakan mereka manusia yang tak sempurna.

 

Alkitab sudah jelas mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan itu tidak boleh cacat, ia harus sempurna dalam sikap hidupnya. Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi mereka dengan mengatakan bahwa “saya manusia biasa, saya tidak sempurna!”, menurut saya ungkapan tersebut membuktikan bahwa mereka senang untuk tenggelam di dalam keberdosaan mereka, mereka tidak akan pernah mau bertobat, hingga akhir hayat sekali pun mereka tidak akan pernah untuk berubah karena mereka sudah berlindung dari alasan-alasan tersebut.

 

Seorang hamba Tuhan harus beristrikan satu orang saja, tidak lebih dan tidak juga kurang, artinya seorang hamba Tuhan itu haruslah orang yang sudah menikah dan hanya satu sajalah pasangan hidupnya. Ia adalah orang yang dapat menahan diri, buah roh pengendalian diri menjadi buah yang penting yang harus ada dalam kehidupan hamba Tuhan.

 

Kebijaksanaan harus ada dalam diri hamba Tuhan, dengan demikian ia dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat untuk pembangunan tubuh kristus, bayangkan jika seorang hamba Tuhan tidak memiliki kebijaksanaan dalam pemikirannya, yang ada ialah kekacauan dalam persekutuan. Tentu di luar sana ada banyak sekali hamba-hamba Tuhan yang tidak memiliki kebijaksanaan, artinya mereka hidup menyimpang, jemaat Allah di usir dari persekutuan, menafsir alkitab dengan cara yang salah, khotbah yang menyimpang, sikap hidup yang tidak benar, hal ini terjadi karena tidak ada kebijaksanaan itu, jika mereka bijaksana maka tidak seharusnya mereka mengatakan “saya tidak sempurna” jika mereka bijaksana maka mereka tahu bahwa mereka sedang bersalah dan mereka harusnya bertobat, tetapi karena kebijaksanaan tidak ada di dalam diri mereka, maka semua kekacauan ini di biarkan terjadi.

 

Seorang hamba Tuhan itu harus sopan, suka memberi tumpangan, dan cakap mengajar orang. Karena hamba Tuhan itu tujuannya untuk pembangunan tubuh kristus (Ef. 4:11-12) maka sikap sopan haruslah di miliki mereka, dengan demikian maka jemaat akan senang dengan mereka, siapa sih yang suka dengan orang yang bersikap kasar!? tentu tidak ada, makanya sopan santun harus ada padanya.

 

Mereka adalah orang yang harus suka memberi tumpangan, artinya mereka harus memperdulikan jemaat-jemaat yang membutuhkan bantuan, jemaat-jemaat tersebut haruslah di tolong oleh hamba Tuhan. Namun pada saat ini, ketika jemaat butuh pertolongan, mereka hanya mendoakan mereka, mereka tidak memberikan apa-apa.

 

Cakap mengajar orang adalah suatu keharusan, mereka harus cakap dalam mengajar orang, namun yang saya lihat selama ini mereka justru tidak cakap dalam mengajar. Saudara bisa perhatikan dengan cara-cara mereka berkhotbah, ada yang berktobah dengan galak, dengan penuh canda tawa, dan ada yang berkhotbah seperti orang yang sedang sakit. Selain itu cara mereka berkhotbah juga kebanyakan tidak benar, mereka selalu senang sekali mengutip ayat sana-sini di alkitab tanpa memperhatikan konteks ayat tersebut lalu membuat pengajaran yang baru. Kejadian-kejadian seperti ini ada dimana-mana, sesungguhnya mereka tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi hamba Tuhan.

 

Bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, sikap-sikap seperti ini tentu penting sekali untuk hidup dalam setiap kehidupan hamba-hamba Tuhan. Memang sejauh ini saya belum ada hamba Tuhan yang peminum, tetapi yang saya temukan adalah mereka-mereka yang suka sekali tenggelam dalam amarah, mereka membiarkan amarah mereka meluap-luap tak terkendali. Banyak dari mereka justru pembuat masalah, pembuat permusuhan dari pada pendamai, seorang hamba Tuhan tidak suka dengan hamba Tuhan ini, ribut dengan hamba Tuhan itu, benci terhadap istrinya sendiri dan lain sebagainya. Mereka adalah hamba uang, tergila-gila dengan perpuluhan dan persembahan buah sulung, dengan adanya kedua itu mereka dapat membeli apa yang mereka sukai, sehingga mereka bisa hidup didalam kemewahan.

 

Seorang hamba Tuhan harus menjadi kepala keluarga yang baik, anak-anaknya menghormatinya. Namun pada kenyataannya ada banyak hamba Tuhan yang tidak di hormati anak-anaknya, dan ada banyak hamba Tuhan yang suka sekali ribut dengan istrinya, dan yang parahnya hamba Tuhan tersebut justru membenci istrinya, sungguh sangat memilukan.

 

Ia harus seorang kepala keluarga yang baik, ia harus di hormati anak-anaknya, tidak boleh ada hamba Tuhan yang belum berkeluarga, karena menjadi hamba Tuhan ia harus mengurus jemaat Allah, bagaimana ia bisa mengurus jemaat Allah jika ia sendiri tidak pernah mengurus sebuah keluarga? Kekurangan pengalaman akan menjadi penghambat di dalam pelayanan, oleh karena itu penting sekali bahwa hamba Tuhan harus memiliki pengalaman hidup yang banyak, termasuk di dalamnya adalah berkeluarga.

 

Seorang petobat baru sangat di larang untuk menjadi hamba Tuhan karena dosa kesombongan akan mengintainya dari balik jendela, ia akan menunggu kesempatan, jika kesempatan itu ada maka kesombongan akan merasukinya dan orang tersebut akan memanifestasikannya di dalam hidupnya, maka sangat di larang bagi petobat baru untuk melayani Tuhan.

 

Nama baik juga sangat penting untuk menjadi hamba Tuhan, supaya tidak ada satu orang pun yang dapat mengganggu hamba Tuhan dalam pelayanannya, dengan nama yang bersih maka ia dapat melayani Tuhan dengan leluasa tanpa di hantui dengan berita-berita yang tidak jelas.

 

Penutup

Janganlah hanya sikap hidup jemaat saja yang terlalu di perhatikan, tetapi perhatikanlah juga sikap hidup kalian sebagai hamba Tuhan, kalian sebagai hamba Tuhan justru harus hidup di dalam ketidakbercacatan, harus hidup di dalam kekudusan, karena itulah yang di kehendaki Tuhan.

 

Janganlah kalian melakukan pembelaan diri ketika kalian kedapan berdosa oleh jemaat-jemaat Allah, tetapi bertobatlah, jangan hanya dengan lantang kalian mengatakan tersebut di hadapan mimbar, tetapi kalian harus menghidupi perintah tersebut, “bertobatlah!”. Jangan kalian berdiri di mimbar lalu berbicara dengan nada yang memelas mengatakan “saya manusia berdosa, saya tidak sempurna”, ucapan tersebut adalah pembelaan diri kalian, ucapan tersebut adalah bukti kalau kalian tidak ingin bertobat.

 

Janganlah bersembunyi dari alasan-alasan klasik tersebut, jika kalian berani berseru “bertobatlah!” di hadapan jemaat, maka kalian juga seharusnya berani untuk bertobat dan kembali kejalan yang benar. Ingat kalian itu adalah hamba Tuhan, kalian tidak boleh memiliki cacat!

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak