Natal Budaya Pagan
Pendahuluan
Natal adalah salah satu perayaan kristen yang di nanti-nanti oleh umat-Nya, hal ini karena vibes natal menjadi hal yang sangat di sukai banyak orang. Bahkan untuk orang yang tidak pernah ke gereja sekalipun mereka akan rela untuk datang natalan menikmati suasana natal, sehingga ada istilah kristen kapal selam, beribadah hanya saat momen-momen besar saja.
Jadi memang perayaan natal membuat banyak orang bersemangat untuk merayakannya, bulan desember terasa sebagai bulan khusus untuk healing apalagi di sertai dengan hari libur, serta diskon natal terjadi di mana-mana, perayaan natal pun menjadi sangat meriah, hal ini membuat banyak orang menyukai vibes yang di tawarkan oleh perayaan natal, namun apakah perayaan natal ini sungguh alkitabiah?
Pembahasan
25 Desember
Kelahiran Tuhan Yesus Kristus di dunia ini pada tanggal 25 Desember sendiri bukanlah sebuah kebenaran, karena hingga saat ini kita tidak mengetahui kapan Yesus lahir, namun gereja dengan beraninya membuat sebuah keputusan bahwa tanggal 25 Desember adalah kelahiran Kristus, tentu ini adalah penyesatan secara massive yang di lakukan oleh gereja.
Mengapa tanggal 25 Desember? Tanggal 25 Desember di cetus sebagai kelahiran Tuhan Yesus di lakukan oleh orang yang bernama Sextus Julius Africanus, hal ini di lakukan untuk mengkristenisasikan budaya pagan yang saat itu berkembang dan diyakini masyarakat, budaya dan perayaan itu ialah tentang kelahiran dewa matahari. Jadi gereja pada masa itu memutuskan untuk mengubahnya menjadi perayaan untuk kelahiran Yesus, dengan demikian diharapkan orang-orang lebih mengenal Tuhan Yesus daripada dewa-dewa yang tidak nyata tersebut.
Mengingat Tuhan Yesus juga di simbolkan sebagai sun of righteousness pada Maleakhi 4:2 dan pada waktu itu rakyat Romawi merayakan kelahiran dewa matahari maka Sextus Julius Africanus melihat sebuah kesempatan untuk memperkenalkan Kristus, memperkenalkan the real sun kepada rakyat Roma. Jadi dari sini saja kita sudah ketahui bahwa perayaan natal itu sendiri tidak alkitabiah, jemaat mula-mula sendiri tidak tertulis di alkitab maupun sejarah menunjukkan bahwa mereka merayakan natal, jadi perayaan natal adalah buatan tangan manusia.
Santa Claus
Dalam perayaan natal maka kita pasti sering melihat sosok santa claus yang membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak, ia kerap kali berpakaian merah, berkumis lebat dan berwarna putih. Tahukah saudara bahwa santa claus yang seperti itu merupakan pengaruh dari budaya pagan? Selama ini kita ketahui bahwa Santa Claus berbicara mengenai sosok yang bernama St. Nicholas, tetapi sebenarnya tidak hanya itu. Santa Claus juga memiliki pengaruh dari budaya pagan, ada sosok dewa Odin kepercayaan Jerman, dan juga Nordic.
Untuk mempelajari kaitan antara Santa Claus dan Odin kepercayaan bangsa eropa maka anda bisa membacanya di link yang saya sediakan ini (Viking Son of Odin, History Daily)
Dari beberapa situs yang beredar Santa Claus adalah gabungan dari beberapa tokoh-tokoh yang ada dari mythology hingga sosok nyata yaitu St Nicholas, ada banyak keberagaman dan semuanya memiliki kesamaan sehingga sosok Santa Claus ini tidak bisa kita katakan sebagai gambaran atau ikon dari St. Nicholas, tetapi ia juga merupakan gambaran dari berbagai sosok dewa pagan.
Santa Claus yang memiliki kumis putih yang lebat, mengapa ia harus memiliki kumis putih? Kenapa tidak berwarna hitam seperti umumnya? Karena ia terinspirasi dari dewa Odin yang juga memiliki kumis lebat berwarna putih, kenapa Santa Claus di gambarkan terbang dengan kereta kudanya? Karena dewa Odin juga demikian. Mereka bersama-sama terbang dengan keretanya pada bulan desember dan mencari anak-anak yang baik maupun yang buruk, yang baik di berikan hadiah namun yang buruk akan di culik. Perbedaannya hanyalah pakaian yang di kenakan, pakaian Santa Claus berwarna merah karena pengaruh dari brand Coca-cola, sedangkan dewa Odin berpakaian dengan warna merah dan abu-abu. Jadi sosok Santa Claus yang berwarna merah dan berbadan gendut karena pengaruh dari Brand Coca-cola yang mempopulerkan sosok Santa Claus.
Pohon Natal
Pohon natal sendiri adalah budaya pagan yang bahkan sudah ada pada zaman alkitab di Perjanjian Lama, budaya menghias pohon adalah paganisme. Jadi orang-orang kristen tidak merayakan kelahiran Kristus tetapi mereka sedang merayakan perayaan pagan, banyak hal yang di ambil dari pagan inilah jadinya jika kita mengsikretisme antara kristen dan pagan akhirnya justru umat kristen itu sendiri yang merayakan pagan dan justru herannya mereka menganggap yang mereka lakukan itu adalah kebenaran, padahal mereka tidak mengerti sejarah yang sebenarnya.
Yeremia 10:1-25 menjelaskan bahwa budaya menghias pohon adalah budaya pagan dan hal ini sangat di larang Tuhan, namun sekarang ini membawa budaya pagan itu kedalam gereja Tuhan, tentu ini sebuah kejijikan dimata Tuhan karena Tuhan tidak menghendaki umat-Nya menyembah berhala, namun umat kristen sekarang tanpa sadar telah melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan berhala, kita telah menyembah berhala dan bukan merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, kita telah melebar dari jalan kebenaran.
Gift-giving
Dalam perayaan natal, saling tukar menukar hadiah adalah budaya yang biasa di lakukan, semua yang merayakan natal akan saling menukar hadiah. Banyak yang menganggap bahwa budaya ini terinspirasi dari orang-orang Majus yang memberi hadiah kepada Tuhan Yesus, namun jika kita perhatikan kembali pada peristiwa tersebut, pihak keluarga Tuhan Yesus sendiri tidak memberikan hadiah kembali kepada orang-orang Majus, jadi ini hanyalah alasan yang di ucapkan oleh orang kristen dan menjadi bukti bahwa banyak yang tidak mengenali mengenai sejarah natal.
Budaya gift-giving atau tukar menukar hadiah berasal dari budaya Romawi ketika mereka merayakan kelahiran dewa matahari, kita harus ingat kembali bahwa perayaan natal sendiri adalah hasil dari pengkristenisasian budaya kelahiran dewa matahari, jadi ada banyak unsur-unsur yang di ambil di dalam budaya pagan tersebut, salah satunya ialah tukar menukar hadiah natal.
Lilin Natal
Mengapa dalam perayaan natal maka lilin natal harus ada? Tidakkah saudara bertanya-tanya? Jawabannya pasti tidak di temukan oleh alkitab karena semuanya berasal dari budaya pagan yang di adopsi oleh gereja, termasuk penyalaan lilin pada hari natal, budaya ini berasal dari budaya yang sama yaitu kelahiran dewa matahari Roma. Lilin di anggap sebagai the Light of Saturn, dan lilin juga menjadi sesembahan kepada dewa Saturn.
Jadi salah satu alasan mengapa kehadiran lilin pada perayaan natal menjadi penting karena ia merupakan bagian penting dari bagian perayaan kelahiran dewa matahari, jadi memang ada banyak sekali unsur-unsur pagan yang di ambil dan di ubah seolah-olah menjadi milik Kristen, padahal tidak pernah menjadi milik Kristen. Semuanya tidak tertulis di alkitab, kebutuhan akan lilin dalam natal tidak ada dalam perintah firman, tidak ada perintah firman kita harus merayakan natal, dan bahkan alkitab melarang kita untuk mengikuti budaya pagan seperti mendekorasi pohon, namun kita melanggar semuanya itu.
Penutup
Semenjak saya mengetahui sejarah yang benar dari natal 25 Desember maka selama ini saya merasa bersalah karena saya sudah merayakan perayaan pagan, mengikuti apa yang di lakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, semenjak itu saya tidak lagi menyukai natal karena kebenaran pahit ini.
Jadi perayaan natal bukanlah sama sekali alkitabiah, dari Kejadian hingga kitab Wahyu sekalipun tidak ada natal yang di bicarakan, yang ada hanya berbicara mengenai kelahiran Tuhan Yesus dan kita tidak mengetahui kapan Ia lahir, tanggal 25 Desember adalah ide buatan manusia.
Perayaan natal ini adalah salah satu bukti bahwa orang kristen menambahkan kebenaran firman, dan melanggar kebenaran firman Tuhan. Herannya gereja tetap melakukannya tanpa merasa bersalah, masalahnya apakah mereka tahu kebenaran pahit ini atau tidak? Jika mereka mengetahuinya mengapa diam saja dan membiarkannya? Pastilah ada penyesatan yang terjadi secara massive.
Herannya lagi setelah tanggal 25 Desember banyak umat kristen yang melakukan Open House, menyediakan begitu banyak makanan, minuman, kue-kue hari raya pun di sajikan, banyak tamu di sambut. Ntah dari mana budaya ini berasal, padahal tidak alkitabiah sama sekali.





