Berpuasa Menurut Yesaya 58:1-12

Image by Pexels from Pixabay


Berpuasa Menurut Yesaya 58:1-12

 

Pendahuluan

Puasa adalah salah satu praktik keagamaan yang di lakukan oleh umat kristiani, bagi umat kristinai berpuasa adalah sebuah sikap untuk menahan diri dari keinginan daging, menahan lapar dan haus. Selama ini banyak orang kristen yang berpuasa tanpa di ajari cara-cara yang benar sehingga banyak sekali yang saya perhatikan mereka berpuasa dengan cara yang salah, padahal alkitab telah memberikan pengajaran mengenai perihal puasa ini. Lalu bagaimana puasa yang benar menurut kebenaran firman Tuhan?

Pembahasan

Banyak kesalahan-kesalahan yang di lakukan oleh orang kristen dalam berpuasa dan Tuhan sendiri telah melihat kesalahan-kesalahan yang di lakukan oleh umat Israel, Tuhan telah menuliskan kebenaran di dalam Yesaya 58:1-12 lalu mengapa kita masih melakukan kesalahan dalam berpuasa?

 

“Engkau masih tetap mengurus urusanmu”, “kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi” kalimat-kalimat ini terlontar dari Tuhan sebagai ungkapan kekesalan-Nya melihat umat-Nya berpuasa dengan cara yang salah, Tuhan semesta alam pun mengatakan demikian “Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.”

 

Kita sebagai orang kristen terbiasa melakukan berpuasa namun selalu tidak memperhatikan aspek kebenaran di dalamnya, kita hanya mengikutinya saja yang penting menahan lapar dan menahan rasa haus tetapi tetap sibuk melakukan urusan-urusannya dan bahkan masih hidup di dalam dendam, dan kerusuhan. Saya sendiri banyak sekali melihat orang-orang kristen berpuasa tetapi mereka masih sibuk dengan urusan masing-masing dan masih di dalam kebencian, di dalam perseteruan, tidak heran jika ada doa-doa yang tidak di dengar Tuhan.

 

Dari keluhan yang di lontarkan oleh Tuhan ini maka kita bisa ketahui bahwa berpuasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi harus ada aspek pertobatan di dalamnya dan berpuasa harus mendikasikan waktu yang penuh bagi Tuhan, fokus bagi Tuhan saja. Berpuasa harus memiliki dedikasi yang tinggi, kita harus rela meninggalkan aktivitas kita dan mempersiapkan waktu untuk berpuasa dan bersekutu dengan Tuhan, puasa tidak hanya berbicara mengenai doa permohonan, tetapi juga berbicara dengan persekutuan dengan Tuhan.

 

Lalu mulai dari ayatnya yang ke enam di jelaskan mengenai berpuasa yang berkenan di hadapan Tuhan, Tuhan mengatakan kalau berpuasa itu harus membuka belenggu-belenggu kelaliman, memerdekakan orang yang teraniaya juga bahkan termasuk dalam kategori puasa, artinya puasa tidak hanya berbicara menahan rasa keinginan daging kita, tetapi kita melakukan kehendak Allah seperti yang tertulis pada ayat-ayat ini juga termasuk sebagai berpuasa. Selama ini kita hanya menganggap bahwa berpuasa itu hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus, tetapi dari kehendak Tuhan ini maka berpuasa sejatinya itu ialah melakukan firman Tuhan.

 

Dalam ayatnya yang ke tujuh juga mengatakan bahwa kalau kita memberi sedekah kepada mereka yang miskin, kepada mereka yang lapar maka itu adalah puasa yang di kehendaki oleh Allah, sungguh sebuah pemahaman yang berbeda dengan selama ini yang kita praktekkan.

 

Jika kita melakukan hal-hal tersebut maka kita akan menerima berkat-berkat rohani seperti yang tertulis pada ayatnya yang ke 8-9. Dengan melakukan demikian kita menjadi terang dunia, karena kebaikan terpancar dari kita, dengan demikian maka kebenaran menjadi landasan kita dan tidak ada yang dapat mengalahkan kebenaran, dengan demikian segala doa-doa kita akan di jawab Tuhan.

 

Selama ini saya melihat ada banyak orang kristen yang berpuasa tapi sibuk dengan segala sesuatu, selama saya sekolah teologi banyak mahasiswa yang berpuasa namun selagi mereka berpuasa mereka sibuk dalam aktivitas perkuliahan sungguh berpuasa yang seperti ini adalah berpuasa yang merupakan keluhan-keluhan Tuhan.

 

Banyak mahasiswa-mahasiswa teologi yang berpuasa tetapi menyimpan dendam, mereka masih hidup di dalam permusuhan padahal mereka sendiri adalah calon-calon hamba Tuhan, baru menjadi calon saja sudah menunjukkan sikap yang tidak beres apalagi sudah menjadi calon, maka tidak heran jika banyak hamba Tuhan yang bahkan sudah senior pun masih hidup di dalam dosa, tidak pernah membuka pintu pertobatan.

 

Mereka berpuasa hanya menurut keinginan-keinginan mereka sendiri tanpa memperhatikan aspek kebenaran dan hal ini terus terulang tanpa adanya perbaikan yang terjadi seolah-olah mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran. Peristiwa ini tidak hanya terjadi kepada mahasiswa teologi, tetapi juga terhadap mereka pendeta-pendeta yang senior, mereka berpuasa tapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar tidak mengetahui kebenaran soal berpuasa, akhirnya banyak yang doa-doanya tidak di dengar oleh Tuhan semesta alam.

Penutup

Marilah kita berpuasa menurut kehendak Allah dan bukan berdasarkan keinginan kita sehingga dengan demikian kita berpuasa maka kita berkenan di hadapan Tuhan dan dengan itu, doa-doa kita dapat di kabulkan oleh Tuhan semesta alam. Jangan kita berpuasa agar di lihat oleh manusia, hal itu sia-sia karena bukan manusia yang menjawab doa-doa kita, tetapi Tuhanlah yang menjawabnya.

 

Berpuasa tidak hanya berbicara mengenai permohonan doa yang di panjatkan umat, tetapi berpuasa juga berbicara mengenai pertobatan, persekutuan yang dekat dengan Allah, maka tidak heran jika berpuasa juga di sebut sebagai upaya untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, hal ini karena dalam berpuasa kita harus bertobat dan mendekat kepada-Nya.

 

Mungkin doa-doa yang kita panjatkan selama ini melalui puasa belum terjawab karena kita tidak memperhatikan kebenaran ini, maka jemaat-jemaat Allah marilah kita kembali memperhatikan aspek kebenaran ini dan marilah kita mempraktekkannya berdasarkan keinginan Allah supaya doa permohonan kita dapat di wujudkan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak