Isi Kesaksian yang Salah
Biasanya dalam ibadah jemaat selalu di beri ruang/kesempatan untuk memberikan kesaksian kepada jemaat. Namun kesaksian tersebut tidak memiliki landasan kebenaran, semua kesaksian mereka selalu berpusat kepada diri mereka dan tidak kepada Tuhan, kesaksian-kesaksian semacam ini menjadi kebiasaan di setiap ibadah, dan gereja tidak pernah mengkoreksinya, entahlah, apakah gereja juga tidak tahu kalau jemaatnya berbuat salah atau justru gereja mengetahuinya lalu diam saja, saya tidak mengerti, yang saya ketahui gereja hanya mendiami persoalan ini, oleh karena itu melalui kesempatan ini saya akan menjelaskan dimana letak salahnya berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
Memberitakan kesaksian yang benar telah tercatat dalam firman Tuhan di Ibrani 11:4-40, banyak sekali tokoh-tokoh alkitab yang memberitakan kesaksian dengan landasan yang benar, mari kita pelajari kebenaran ini;
Kesaksian Habel berisikan tentang bagaimana ia memberikan persembahan kepada Tuhan dengan cara yang benar, ia pun memperoleh kesaksiannya karena ia benar, karena apa yang dilakukannya adalah suatu kebenaran maka Habel berkenan di hadapan Allah, iman yang benar tersebut pun membuat Habel dapat berbicara meskipun ia telah mati (ayat 4), Galatia 3:11 sendiri menjelaskan bahwa orang benar akan hidup oleh iman, iman membuat kita hidup, karena kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (Roma 5:1).
Jadi kebenaran dari suatu kesaksian adalah bagaimana kita rela melepaskan sesuatu yang kita miliki, dan kita melepaskannya kepada Tuhan, itu adalah kesaksian yang benar, dan berkenan di hadapan Tuhan. Namun banyak orang kristen dalam kesaksiannya selalu menceritakan mengenai dirinya yang di berkati Tuhan sungguh sangat melawan kebenaran firman Tuhan, karena kesaksian semacam itu hanya memfokuskan dirinya sendiri dan tidak mengutamakan Tuhan dalam kesaksian.
Henokh sendiri dalam kesaksiannya, ia terangkat ke sorga tanpa mengalami kematian karena ia adalah orang yang berkenan kepada Allah. Kesaksian Henokh kembali mengajar kepada kita bahwa kesaksian yang benar adalah berbicara mengenai apa yang akan kita lepaskan kepada Tuhan secara sukarela dan bukan mengenai apa yang kita terima sebagai berkat dari Tuhan. Henokh yang terangkat kesorga menjadi berita kesaksian, namun ketika ada saudara kita yang meninggal dunia berita kesaksian tersebut tidak ada, yang ada kebanyakan dari kita akan bergumul dalam dukacita, kita justru tidak rela melepaskan apapun itu kepada Tuhan.
Kesaksian iman Nuh berbicara mengenai bagaimana ia taat akan perintah Allah dan bagaimana ia menyelesaikan semua pekerjaan Allah yang telah diberikan kepadanya. Nuh rela melakukan perintah Allah tanpa bersungut-sungut dan menyelesaikannya dengan baik, sehingga Nuh dan sekeluarga mendapatkan keselamatan dari banjir yang akan menenggelami seluruh dunia. Kesaksian ini berbicara bagaimana ia rela menjadi pekerja Tuhan tanpa banyak keluhan-keluhan, bagaimana dengan umat Tuhan masa kini? Pekerja-pekerja Tuhan? Justru mereka dalam bersaksi terfokus tentang berkat yang ia terima, mereka tidak terfokus kepada persembahan yang mereka berikan kepada Tuhan, yaitu menjadi pekerja Tuhan.
Iman Abraham juga memberikan kesaksian mengenai apa yang harus ia lepaskan, ia melepaskan negerinya, ia melepaskan keluarganya dan kehidupannya, lalu ia mengikuti Tuhan dengan iman, itulah kesaksian iman Abraham. Sekali lagi kesaksian iman ini menunjukkan bahwa kesaksian iman itu berbicara mengenai apa yang harus kita lepaskan untuk Tuhan secara sukarela dan bukan berbicara mengenai berkat yang kita terima dari Tuhan.
Bahkan kesaksian iman Abraham yang benar ini, membuat ia rela menyerahkan anaknya kepada Allah sebagai korban persembahan, ini adalah kesaksian iman yang benar, sebuah kesaksian yang berbicara bagaimana kita rela melepaskan sesuatu dan bukan menerima sesuatu.
Musa dengan imannya yang teguh menolak untuk dipanggil sebagai puteri Firaun, jadi sudah jelas bahwa kesaksian iman yang benar adalah berbicara mengenai apa yang kita rela untuk dilepaskan kepada Tuhan/demi Tuhan, itu adalah kesaksian iman yang benar, sedangkan kesaksian iman yang ada digereja-gereja saat ini adalah kesaksian yang tidak benar karena mereka semua terfokus terhadap apa yang mereka terima, itu bukanlah suatu kesaksian yang benar.
Dalam kesaksian saya selalu mendengar mereka berbicara tentang pencapaian mereka; saya berulang tahun hari ini, saya sudah sembuh dari penyakit, saya sudah menerima pekerjaan, saya lulus kuliah, semua kesaksian itu berbicara tentang saya, saya dan saya. Semuanya terpusat kepada sifat egois manusia, sangat melenceng jika kita perhatikan dengan saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 tersebut, kesaksian iman mereka berbicara mengenai apa yang di lepaskan dan bukan mengenai apa yang mereka terima.
