Image by Juraj Varga from Pixabay
Gereja selalu gemar sekali dalam bernyanyi sebagai ungkapan untuk memuji Tuhan, namun kebanyakan puji-pujian yang di nyanyikan oleh gereja setiap minggunya, pujian tersebut tidak bermakna karena pujian hanya sebatas nyanyian, gereja tidak melakukan apa yang di ucapkan di dalam pujian tersebut, sehingga gereja secara terus terang sedang menunjukkan kemunafikannya, dan gereja tersebut mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang menunjukkan kemunafikannya.
Setia-setialah
Lagu setia-setialah adalah salah satu pujian yang dimainkan di gereja-gereja modern saat ini, lagu ini menyuarakan tentang kesetiaan, demikianlah lirik lagunya:
SETIA SETIALAH
SETIALAH SAMPAI MATI
SEPERTI TUHAN YESUS
SETIA SAMPAI MATI
APAKAH BALASANMU
UNTUK KASIH SETIA-NYA
SETIA SETIALAH SETIALAH SAMPAI MATI
Lagu ini sedang mengajak jemaat Tuhan untuk setia sampai mati, Tuhan Yesus telah setia sampai mati ketika Ia melayani di dunia ini, maka dalam pujian ini kita di ajak untuk setia. Namun kenyataan yang saya lihat, justru gereja itu sendiri tidak setia kepada Tuhan, pada saat pandemi Covid-19 gereja itu berani sekali meninggalkan persekutuan ibadah, meninggalkan jemaat di tengah-tengah dunia yang sedang penuh dengan kekacauan, ia justru menunjukkan ketidaksetiaannya kepada Tuhan dalam melayani.
Herannya lagi gereja yang meninggalkan Tuhan ini adalah jenis gereja yang menekankan akan urapan Roh Kudus, gereja yang mengutamakan bimbingan Roh Kudus, namun gereja ini meninggalkan Tuhan, ia meninggalkan pelayanannya karena takut terhadap kesesakan dunia saat itu. Sedangkan salah satu buah roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-23 ialah kesetiaan. Seharusnya gereja yang mengutamakan bimbingan Roh Kudus maka ia akan menjadi pribadi yang setia, namun pada kenyataannya gereja meninggalkan pelayanan hanya karena pandemi, gereja yang menggemborkan Roh Kudus justru tidak setia, tidak ada buah roh yang tampak dari gereja tersebut. Jadi menjadi pertanyaan disini, roh apakah yang ada di gereja yang tidak setia tersebut?