Altar atau Entertainment Stage?


Image by D Tan from Pixabay


Gereja yang modern dengan liturgi modernnya membuat altar gereja menjadi sebuah panggung hiburan dimana gereja menempatkan jemaat-jemaat tertentu untuk mengambil bagian tertentu di altar gereja dan membuat banyak jemaat tidak memiliki peran penting dalam persekutuan, membuat banyak jemaat menjadi pasif karena perannya dimatikan oleh kebijakan gereja.

Altar gereja bukanlah tempat para pelayan untuk memuji Tuhan tetapi melainkan sebuah panggung yang di sediakan gereja untuk membuat jemaat yang memiliki peran ini untuk melakukan show yang terlihat bagus di mata manusia tapi tidak dimata Tuhan.

Dalam pemilihan tim Singer ataupun Worship Leader pernahkah saudara mendengar satu orang pun yang memiliki suara yang tidak enak didengar? Pernahkah saudara mendengar ada singer ataupun Worship Leader yang tidak dapat bernyanyi mengambil perannya dalam ibadah minggu? Meskipun ada satu ada dua orang singer yang tidak bisa bernyanyi, biasanya soundmen akan mengatasi masalah ini dengan mengecilkan suara mic dari orang tersebut. Ibadah dengan gaya seperti ini saja sudah sangat jelas menunjukkan kedagingannya, mengapa? Karena telinga kita akan menjadi sangat tidak nyaman ketika kita mendengar seseorang yang bernyanyi dengan nada false, ini adalah salah satu contoh ibadah yang penuh dengan keinginan daging, kita ingin semua berjalan berdasarkan kenyamanan daging kita, dan tidak lagi mengandalkan bimbingan Roh Kudus dalam beribadah. Hal ini membuat karunia-karunia Roh Kudus menjadi hilang, Roh Kudus tidak dapat memanifestasikan karunia-Nya dalam setiap jemaat, karena telah banyak yang beribadah berdasarkan keinginan daging.

Biasanya pelayan altar yang selalu di tunjuk adalah mereka yang benar-benar bisa bernyanyi dan mereka yang memiliki wajah yang goodlooking, sehingga panggung yang dianggap sebagai altar terlihat elok di mata manusia. Coba saja saudara perhatikan di gereja-gereja besar, perhatikan Worship Leader dan Singernya, sudah pasti suara mereka bagus dan pasti ada yang goodlooking, dan pelayan yang goodlooking ini pasti akan sering di pakai di altar, untuk apa? Untuk mempercantik panggung yang mereka yakini itu sebagai altar, padahal sebenarnya itu semua adalah panggung yang di setting gereja.

Saudara sendiri bisa perhatikan di Youtube dimana banyak pemuji-pemuji gereja yang bertalenta dalam bernyanyi digunakan di panggung dan tidak lupa juga mereka akan mengenakan peran pelayan yang goodlooking untuk mempercantik suasana panggung, sehingga dalam ibadah, panggung tersebut memanjakan telinga kita dan juga mata kita. Bukankah ibadah ini penuh dengan kedagingan?

Selain itu pemain musik juga banyak yang dipakai adalah mereka yang benar-benar bertalenta sehingga mereka menciptakan musik yang epic di telinga manusia, mereka akan selalu beralasan bahwa memberi kepada Tuhan harus yang terbaik, namun pada kenyataannya, sebenarnya mereka membuat pujian yang bagus tersebut bukan untuk Tuhan melainkan untuk para pendengar, untuk memanjakan telinga manusia, mereka hanya tidak mau mengakui bahwa mereka melakukan itu supaya banyak orang yang suka dengan cara mereka bermusik.

Apa buktinya jika para pemusik ini hanya ingin memanjakan telinga manusia dan tidak untuk memberikan pujian kepada Allah? Coba kembali kita perhatikan para pemusik ini ketika lagi ibadah atau perform, perhatikan disaat mereka gitaris, ataupun pemain saxofon yang mendapat bagian untuk solo, apakah mereka melakukan performance itu untuk menyenangkan hati Tuhan? Atau performance itu untuk kesenangan para pemusik dan juga para pendengar?

Semuanya hanya entertainment stage yang disetting untuk memanjakan mata dan telinga para jemaat, sehingga jemaat terlalu nyaman dalam kedagingannya dan mematikan pekerjaan Roh Kudus sehingga manifestasi karunia Roh tidak dapat bekerja, karena liturgi modern ini memanjakan daging manusia.

Lucifer sendiri adalah salah satu malaikat yang menyembah Allah, ia adalah serafim yang sangat bertalenta di bidang musik, dan juga keindahannya tak tertandingi di antara para malaikat lainnya, hal ini membuat lucifer jatuh kedalam dosa, ia merasa ia layak untuk menduduki takhta Allah, sehingga ia berani untuk melakukan kudeta dikerajaan sorga. Dosa lucifer adalah kesombongan, ia sombong akan kemampuannya bermain musik dan ia sombong akan keindahan dirinya diantara yang lain. Dosa kesombongan saja bisa menggeroti Lucifer, apalagi kita manusia, apalagi bagi mereka pemusik di gereja yang di beri kesempatan untuk melayani, tidak mungkin dosa kesombongan itu lari jauh dari mereka.

Dari altar buatan manusia saja kita sudah melihat perbuatan-perbuatan daging yang bermanifestasi dalam ibadah, keinginan mata, keinginan telinga, dan bahkan dosa kesombongan. Inilah hasilnya jika kita beribadah dengan berlandaskan kepada pemikiran manusia, buah dosalah yang terlahir, seandainya kita beribadah berlandaskan bimbingan Roh Kudus saya mengimani pasti manifestasi Roh Kudus terjadi, manifestasi karunia-karunia Roh akan kita lihat, akan kita alami.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak